Pecinan Jadi Objek Wisata
SEMARANG - Kawasan Pecinan di Semarang Tengah dinilai berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek pariwisata andalan di Jateng. Sebab, di sana banyak potensi budaya etnis Cina yang belum tergarap.
Hal itu terungkap dalam acara Gathering Knowledge Club membahas pemerintahan yang enterpreneur di Kafe Segara Hotel Graha Santika, Kamis (25/7). Pada kesempatan itu juga dibahas bedah buku Memangkas Birokrasi karangan David Osborne.
Tampil sebagai narasumber, Kepala Kantor Dinas Pariwisata Jateng Ir Henky Hermantoro MURP dan Prof Hendrawan Supratikno PhD (Dekan Fakultas Ekonomi UKSW). Bertindak sebagai moderator Drs Adi Ekopriyono (Redaktur Senior Suara Merdeka).
Konsultan untuk pengembangan pariwisata Pecinan di Semarang Widya Wijayanti menilai, pada era keterbukaan ini perlu ada pemikiran ke depan soal pariwisata, terutama di Pecinan. Sebab, kawasan Pecinan sejak dulu banyak menyimpan potensi unik dan menarik tapi belum tergarap secara baik.
''Dulu saat orang bicara tentang Kota Lama, kami pesimistis kawasan itu mampu menghidupkan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Kenapa kita tidak mulai saja di kawasan Pecinan. Padahal, di sana banyak berdiri bangunan bersejarah, seperti delapan kelenteng dan rumah-rumah milik kapiten, letnan, dan mayor zaman dulu. Semua itu menjadi aset luar biasa,'' kata Widya.
Hendrawan Supratikno yang juga fasilitator Gathering Knowledge Clubmenyatakan, aset-aset wisata di Jateng untuk sementara ini belum ditangani secara baik dan profesional.
Bila kondisi itu berlarut, tentu menjadikan kawasan tersebut tak memiliki daya jual menguntungkan bagi turis mancanegara.
Sebab, keberhasilan pariwisata pada dasarnya ditentukan tiga hal. Yaitu, banyak kunjungan wisatawan, lama tinggal di hotel, dan banyak uang yang dibelanjakan. Selain itu, juga faktor produk wisata yang terpelihara.
Hal itu terungkap dalam acara Gathering Knowledge Club membahas pemerintahan yang enterpreneur di Kafe Segara Hotel Graha Santika, Kamis (25/7). Pada kesempatan itu juga dibahas bedah buku Memangkas Birokrasi karangan David Osborne.
Tampil sebagai narasumber, Kepala Kantor Dinas Pariwisata Jateng Ir Henky Hermantoro MURP dan Prof Hendrawan Supratikno PhD (Dekan Fakultas Ekonomi UKSW). Bertindak sebagai moderator Drs Adi Ekopriyono (Redaktur Senior Suara Merdeka).
Konsultan untuk pengembangan pariwisata Pecinan di Semarang Widya Wijayanti menilai, pada era keterbukaan ini perlu ada pemikiran ke depan soal pariwisata, terutama di Pecinan. Sebab, kawasan Pecinan sejak dulu banyak menyimpan potensi unik dan menarik tapi belum tergarap secara baik.
''Dulu saat orang bicara tentang Kota Lama, kami pesimistis kawasan itu mampu menghidupkan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Kenapa kita tidak mulai saja di kawasan Pecinan. Padahal, di sana banyak berdiri bangunan bersejarah, seperti delapan kelenteng dan rumah-rumah milik kapiten, letnan, dan mayor zaman dulu. Semua itu menjadi aset luar biasa,'' kata Widya.
Hendrawan Supratikno yang juga fasilitator Gathering Knowledge Clubmenyatakan, aset-aset wisata di Jateng untuk sementara ini belum ditangani secara baik dan profesional.
Bila kondisi itu berlarut, tentu menjadikan kawasan tersebut tak memiliki daya jual menguntungkan bagi turis mancanegara.
Sebab, keberhasilan pariwisata pada dasarnya ditentukan tiga hal. Yaitu, banyak kunjungan wisatawan, lama tinggal di hotel, dan banyak uang yang dibelanjakan. Selain itu, juga faktor produk wisata yang terpelihara.
Komentar
Posting Komentar